Senin, 29 Mei 2017

Bukan Mencari Medali – Albert Einstein


Einstein adalah ilmuwan besar, mungkin salah satu yang terbesar sepanjang masa. Sudah sering ia mendapatkan penghargaan karena berbagai makalah dan karya ilmiahnya. Namun, dia terkenal tak acuh terhadap penghargaannya tersebut. Jika tidak diingatkan berulang kali oleh istrinya, Einstein mungkin sudah lupa mengambil dua buah medali yang dianugerahkan oleh British Royal Society dan Royal Astronomical Society di Kementrian Luar Negeri AS. Setelah mengambilnya pun, Einstein merasa tak ada yang istimewa.

      Hal yang disukainya adalah pergi menonton film bersama istrinya di bioskop. Suatu kali, setelah menikmati sebuah film, dalam perjalanan pulang, istrinya bertanya seperti apa bentuk medali tersebut. Namun, Einstein menjawab tidak tahu karena belum membukanya sama sekali.

     Suatu hari, Einstein membaca surat kabar dan melihat artikel mengenai Niels Bohr yang mendapatkan medali American Banard Medal. Di Artikel itu juga mencantumkan namanya sebagai penerima medali pada periode sebelumnya. Penghargaan itu hanya diberikan secara rutin sekali dalam empat tahun kepada ilmuwan dunia pilihan. Setelah membaca artikel tersebut, Einstein menunjukkannya pada sang istri dan menanyakan apakah itu benar karena ia tidak ingat sama sekali pernah menerimanya.

                Itulah Einstein. Sosok yang tak mengenal tanda penghargaan. Pada saat menghadiri sebuah acara di Prussian Academy, seorang tokoh penting bernama Walter Nernst menghampiri Einstein. Ia tertarik dengan pakaian Einstein yang tidak menempelkan medali Pour le Merit.

                “Apakah istri anda lupa memasangkannya di baju anda?” kata walter.
                “Tidak, dia ingat. Aku saja yang tidak mau memakainya”, Jawab Einstein.

                Begitulah Einstein. Dia senang pekerjaannya dihargai, tapi bukan itu tujuan akhir hidupnya. Ia bekerja bukan untuk mendapatkan medali atau piala. Dia bekerja untuk memecahkan masalah yang ia temukan dalam keilmuannya.

“Tidak semua hal yang penting dapat dihitung, dan tidak semua yang dapat dihitung itu penting.”
,- Albert Einstein,
(Ilmuwan penemu teori relativitas)

Kamis, 18 Mei 2017

Mencari Tujuan - Florence Chadwick


Florence chadwick adalah seorang perenang ulung yang menjadi wanita pertama yang berhasil menyebrangi selat inggirs bolak-balik. Pada suatu pagi yang sangat dingin tahun 1952, chadwick mencoba sebuah tantangan baru untuk berenang dari pulau catalina menuju pantai california.
Di tengah lautan yang dingin, ada pula kabut yang sangat tebal. Saking tebalnya kabut pagi itu, chadwick tidak bisa melihat perahu yang ditugaskan mendampinginya selama perjalanan. Berkali-kali chadwick terkejut oleh bunyi senapan yang ditembakkan ke arah air sebagai pertanda adanya hiu. Namun tetap saja chadwick tidak bisa melihat apa yang ada di depannya.
     Setelah berenang selama 15 jam, chadwick minta diangkat ke atas perahu pengiringnya. Pelatihnya meminta agar ia tetap berenang karena ia sudah dekat dengan pemecahan rekor. Chadwick berusaha keras melihat ke sekelilingnya. Namun, yang ia temukan hanya kabut. Ia tidak bisa melihat dengan jelas dimana daratan yang ditujunya. Hanya 800 meter lagi dari tujuan akhirnya, chadwick menyerah.
     Dalam wawancara ia berkata, “Bukannya saya mencari-cari alasan. Tapi, seandainya saya bisa melihat daratan, saya pasti berhasil”

                Bukanlah karena dinginnya air atau kelelahan yang menggagalkan Florence Chadwick dari pemecahan rekornya. Namun ketidakmampuan melihat tujuan akhirnyalah yang membuatnya gagal.

Jika tujuan hidup anda juga buram, lalu bagaimana anda bisa mencapainya?


“Optimisme adalah keyakinan yang menuntun kepada keberhasilan. Tidak ada yang bisa dilakukan tanpa harapan dan kepercayaan diri.” 
– Helen Keller, 
(Motivator dunia yang terlahir buta dan tuli)

Selasa, 16 Mei 2017

Memetik Kegagalan - Spencer Silver

Pada 1968, di pusat R&D perusahaan 3M, Spencer Silver sedang melakukan percobaan untuk menemukan lem yang lebih kuat dari produk 3M saat itu. Alih-alih menemukan lem yang lebih kuat, spencer malah menciptakan lem yang daya rekatnya jauh lebih lemah dibanding produk yang sudah ada.
          Namun demikian, spencer malah tetap melakukan presentasi dan mencoba ide memasarkan lem baru ini sebagai lem biasa. Untuk mencontohkan, spencer menempelkan lem itu pada sebuah kertas (berwarna kuning yang kebetulan ada d
i dekatnya), lalu menempelkannya pada kertas lain. Hal itu ternyata tidak berhasil menarik perhatian para petinggi 3M.
Suatu ketika, Art Fry (rekan kerjanya di 3M) sedang berlatih rutin paduan suara di gereja. Ia kesulitan ketika harus menandai halaman yang harus dinyanyikannya. Fry teringat pada hasil penemuan spencer dan kebetulan ia membawa satu contoh yang diberikan oleh spencer saat presentasi. Kertas yang sudah ada lemnya itu ia tempelkan pada halaman yang ia inginkan.
Setelah selesai latihan, Fry melepaskan kertas yang menempel itu dan ternyata tidak merusak kertas bukunya sama sekali. Melihat itu Fry akhirnya mengerti apa kegunaan kertas yang sudah dipadukan dengan dengan lem itu.
Tahun 1977, 3M mulai menjual produk ini dengan nama “Post-it”. Tapi, hasilnya tidak sesuai dengan yang diharapkan. Para calon konsumen tidak tahu apa manfaat kertas itu. Untuk mengatasinya, 3M melakukan pemberian sampel gratis kepada calon pembeli di Idaho, Amerika Serikat. Sebanyak 80% dari mereka yang mencobanya ingin membeli produk itu, Akhirnya, tahun 1980 kertas kuning dengan lem yang sudah melekat itu dipasarkan ke seluruh dunia.
Barang yang awalnya dianggap produk gagal itu ternyata salah satu alat kantor terlaris di dunia saat ini.

“Jika pada awalnya kau tidak berhasil, coba, coba lagi. Lalu, baru berhenti.
Tidak ada yang bodoh karenanya”
–W.C. Fields, 
(Aktor Komedi Hollywood)